Ini adalah seri kedua dari program pengembangan diri yang saya lakukan selama 30 hari ke depan. Sebuah program yang saya sebut sebagai #30MindsetDays, yang bertujuan untuk membangun mindset dan karakter positif dalam diri saya, sehingga bisa menjadi manusia yang lebih positif, percaya diri dan menerima diri 100%.

Pada hari kedua ini, saya masih membaca buku dari Norman Vincent Peale, yang berjudul "You Can if You Think You Can."

Dan kali ini, Tuhan membawa saya pada bab ke 7; Apa yang anda takutkan? Lupakan Saja!

Bab ini bercerita tentang 2 kekuatan terbesar yang mempengaruhi manusia. Dan keduanya bekerja secara berlawanan. Artinya, jika suatu kekuatan menguasai diri kita, maka itu artinya kekuatan lain tidak ada. Begitupun sebaliknya.

Kedua kekuatan itu adalah Ketakutan & Keimanan.

Nah, Dr. Peale kemudian mengajak kita untuk mencari dan menggali dua hal itu. 


Pertama, apa yang kita takutkan. 

Ada banyak macam ketakutan yang dialami manusia di muka bumi ini. Dr. Peale menyebutkan sebuah riset yang diadakan sebuah rumah sakit yang menukilkan bahwa setidaknya ada 100 jenis ketakutan yang tercatat dalam laporan mereka.

Mulai dari ketakutan akan kegelapan, ruang sempit, sampai takut ketinggian.


Hal ini, kemudian bikin saya pun mencari tahu, "Apa sih ketakutan yang selama ini menghambat saya?"

Dan harus saya akui bahwa salah satu ketakutan terbesar saya adalah ketakutan akan penolakan, ketakutan akan apa yang akan orang lain pikirkan tentang saya. 

Saya selama ini takut bersosialisasi sebab saya khawatir orang lain akan menertawakan saya. Saya takut orang lain akan menilai saya lemah dan bodoh. Saya takut orang lain akan bikin saya sakit hati.

Kemudian saya coba menggali lebih dalam lagi, apa sih penyebab semua ini? Apa yang bikin saya sedemikian takutnya terhadap penilaian buruk orang lain?

Dan saya menemukan bahwa semua ini bermula dari semasa kecil dulu saya sering di bully oleh orang-orang di sekitar saya. Para kerabat dan keluarga, banyak yang menertawakan dan mengolok-olok saya.

Meskipun sekarang saya paham bahwa itu semua hanyalah candaan semata, tetapi masa itu, -ketika pikiran bawah sadar saya belum punya daya kritis- kita menganggap semua itu sebagai sebuah kenyataan. Yang terus melekat di pikiran bawah sadar sampai saya dewasa.

Dan seketika pikiran saya terlempar pada satu kejadian di masa lalu, Kejadian dimana saya melihat ibu saya disakiti oleh orang lain. Secara fisik. Dan pada saya itu umur saya masih sekitar 3-4 tahun. Dan saya tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya menyaksikan ibu saya kesakitan. Ia menangis. Saya juga. Tetapi saya bahkan tidak bisa berteriak. Minta tolong.

Apakah kejadian ini sumber semua ketakutan saya?

Semoga saya bisa memaafkan. Mengikhlaskan.

Bahwa memaafkan bukan berarti membenarkan. Memaafkan tidak berarti menyukai. Tetapi saya memaafkan demi mengeluarkan emosi negatif yang mengendap dalam hati kecil saya akibat kejadian itu.

Tuhan bantu saya memaafkan.

Kedua, Bangun Keimanan Dalam Diri

Ketakutan yang kuat dan mengendap dalam diri pada akhirnya bikin keyakinan dan kepercayaan diri kita runtuh. 

Tetapi hukum ini juga berlaku sebaliknya.

Untuk menghilangkan ketakutan itu, kita kudu belajar untuk membangun keyakinan dan keimanan yang kokoh dalam diri kita.

Untungnya, gak ada orang yang lahir dengan keimanan dan kepercayaan diri. Artinya, keimanan dan keyakinan itu bisa dipelajari. Dan bisa dikembangkan.

Pertama, dengan menyadari kekuatan keimanan yang luar biasa.

Dr. Peale menulis dengan gamblang, "Tidak ada kekuatan di dunia ini yang lebih kuat daripada keimanan yang mendalam, nyata dan bonafid. Hal-hal yang luar biasa bisa terjadi karena kita mengimani sesuatu, Keimanan bukan paliatif. keimanan adala penyembuh -- Satu-satunya yang mujarab -- menyebuhkan ketakutan."

Karena itu, dengan menyadari bahwa keimanan bekerja secara ajaib, kita secara sadar akan memunculkan kekuatan baru dari dalam diri kita.

Selanjutnya, untuk mengatasi ketakutan kita, maka ketakutan itu pun perlu dipelajari. Sebab pengetahuan akan sumber ketakutan kita akan membantu membebaskan diri dari ketakutan. 

"Ketika anda takut akan sesuatu, jangan biarkan diri anda terkatung-katung mengimajinasikan ketakutan itu. Lebih baik ambil tindakan yang cepat dan singkat; serang -- pukul keras-keras. Semakin keras anda menyerang, semakin cepat dan pasi ketakutan akan mereda." Terang Dr. Peale.

Sekian perjalanan hari kedua ini. Sebuah pelajaran dan hikmah yang sangat luar biasa. Terima kasih.

Jadi ceritanya selama 30 hari ke depan saya lagi bikin campaign untuk diri sendiri yang saya sebut sebagai #30MindsetDays. Intinya campaign ini bertujuan untuk membangun karakter dan mindset positif dalam diri saya selama 30 hari ke depan. Mulai dari 1 Agustus 2020 sampai dengan 1 September 2020 nanti. Semoga saya istiqomah dan berhasil ya... Aamiinn...

Diharapkan dari program pengembangan diri ini, saya bisa menjadi manusia yang jauh lebih baik, percaya diri dan yang paling basic adalah pemaafan dan penerimaan diri 100%. Itulah goals yang ingin saya capai. Dan saya percaya pasti bisa selama saya tidak pernah berhenti melakukannya.

Dan sebagai motivasi, saya sendiri sudah menetapkan hadiah, semacam self reward, kalau pada tanggal 1 september nanti saya berhasil mencapai goals ini.

Hadiah itu gak macam-macam, dan cukup sederhana. Tapi semoga bisa bermanfaat dan berdampak untuk saya sendiri. Yakni, membelikan diri saya pakaian dan jam tangan favorit. 

Nah, untuk mencapai semua itu, saya sudah menyusun daftar tindakan yang akan saya lakukan dan rutinkan setiap hari yaitu:

  1. Baca buku pengembangan diri 15 menit setiap hari sebelum tidur
  2. Lakukan Sleep Hypnosis
  3. Lakukan Champion Self Talk
  4. Menonton satu video motivasi setiap pagi hari
  5. Menulis progress dan "Apa yang saya pelajari" selama hari ini melalui blog ini.
Nah, semoga dengan 5 plan of action ini bisa membawa saya pada keberhasilan melakukan program pengembangan diri ini.

So, apa yang saya lakukan dan pelajari pada hari pertama ini?

Nah hari pertama, 1 agustus 2020, kemarin saya mulai dengan menulis tujuan dan perencanaan akan apa yang saya lakukan. Meski belum semuanya siap, termasuk belum menyediakan materi dan script untuk self hypnosisnya, tetapi gak apa-apa, seiring berjalannya waktu akan saya akan berusaha untuk komit.

Hal kedua kemudian yang saya lakukan adalah KOMITMEN UNTUK MENGARAHKAN FOKUS

Selama ini saya merasa bahwa salah satu hal yang menghambat kemajuan saya adalah tidak adanya arah yang jelas pada fokus pikiran dan pekerjaan saya. Ya, saya belajar hipnosis, NLP, pengembangan diri, digital marketing, menulis, bikin konten instagram, blogging, SEO, copywriting dan lain sebagainya.

Ya, emang sih semua itu baik kalau dikuasai. Tapi masalahnya adalah ketika saya memaksakan diri untuk menguasai semuanya. Hasilnya malah jadi saya gak bisa menguasai satupun. Itu pula yang dikatakan oleh salah seorang panutan saya yakni mas Dwi Andika Pratama, seorang blogger dan impactful writer (maaf sampai saat ini belum sempet beli online course certified impactful writernya).

Mas Dika pernah bilang secara gamblang di salah satu postingannya. "Kalau kamu berusahaa untuk jago di semua bidang, kamu gak akan jadi apa-apa pada akhirnya."

Jadi pada hari pertama ini saya memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan saya di atas. 

Dan saya memilih untuk selama 30 hari ini hanya fokus pada program pengembangan diri saya. Sembari sejenak rehat dari semua keruwetan selama ini.

Saya memilih untuk berhenti belajar digital marketing, berhenti belajar hipnosis, berhenti belajar NLP, copywriting, SEO, content creation dan lain sebagainya. Dan mari kita lihat beberapa hari ke depan, adakah dampaknya bagi diri dan pikiran saya sendiri.

Baca 1 Buku Pengembangan Diri

Selanjutnya setelah saya memilih untuk mengarahkan fokus hanya pada pengembangan diri secara mental dan mindset, langkah pertama yang saya ambil adalah mencari dan memilih buku dari rak buku saya yang sudah lama tak tersentuh untuk dibaca dan dijadikan buku pegangan. (Sengaja memilih dari buku yang sudah ada, bukannya membeli buku baru).

Setelah memilih dan memilah, pada akhirnya, pilihan saya jatuh pada buku lawas yang berjudul "You Can if You Think You Can" karya Norman Vincent Peale.



Kenapa saya pilih buku ini?

Entah, tapi saya merasa apa yang saya butuhkan saat ini ada di dalam buku ini. Dan saya ingin menyelami dan menyerap saripati kebijaksanaan dan hikmah yang ada di dalamnya, ke dalam diri saya sendiri.

Semoga Dr. Peale senang, dan bisa membantu saya.

Cara saya membaca buku ini pun acak. Saya gak mau urut-urutan. Saya buka aja sesuai kehendak hati saya. Dan mana bagian yang terbuka itulah coba saya baca dan pelajari.

Saya percaya bahwa Tuhan membimbing kita melalui gerakan-gerakan tak tersengaja. Semoga Tuhan benar-benar membimbing saya kali ini.

Betul saja, tulisan Dr. Peale sangat asyik dan menggugah. Kata-katanya tersusun sederhana dan ringan. Tapi maknanya sangat nonjok ke sanubari. Mungkin ini juga alasan mengapa Tuhan membiarkan saya memilih buku ini.

FYI, selama ini saya entah mengapa lebih banyak membaca buku yang bahasannya berat-berat. Dan barangkali itula titik perbedaannya. Bahasan buku yang berat hanya memuaskan sisi egoisme dan logika dari pikiran kita (pikiran sadar).

Sementara buku yang bahasannya ringan, sejatinya akan merasuk ke dalam pikiran bawah sadar. Dan bukankah itu yang kita butuhkan?

So, Apa yang saya pelajari dari buku ini hari ini?

Di hari pertama ini, laman yang terbuka adalah pada Bab 5 - Teruslah Percaya Pada Diri Sendiri, Yakinlah! (Saya buka acak, dan saya mulai membaca dari awal bab tersebut)

Sunggu satu kebetulan yang indah. Bukankah memang itu yang saya butuhkan? Bukankah itu adalah tujuan dari semua ini?

Bab tentang percaya pada diri sendiri ini sangat luar biasa. Setiap bait kata dan kalimatnya di desain sedemikian rupa untuk membuat kita tersadar akan potensi diri kita yang tersembunyi sebenarnya. Hanya saja banyak diantara kita yang bahkan sadar aja gak.

Diawali dengan dua Quotes amazing dari 2 tokoh besar dalam sejarah, yakni Henry David Thoreau yang mengatakan "Manusia dilahirkan untuk berhasil, bukan untuk gagal." dan quotes kedua dari Ralph Waldo Emerson yang mengatakan, "Percaya pada diri sendiri adalah rahasia pertama menuju keberhasilan."

Kalau begitu langkah saya membaca bab ini sudah sangat tepat.

Dr. Peale melanjutkan dengan segudang motivasi dan kisah yang sangat menginspirasi. Tetapi bagian favorit saya adalah bagian "Air di Bawah Jembatan."

Pada bagian ini, penulis buku The Power of Positive Thinking ini menceritakan tentang seorang pemuda yang sangat terinspirasi dengan tulisan dari seorang editor surat kabar Ohio yang berjudul, "Water Under the Bridge."

Jadi alkisah, ada seorang bocah laki-laki yang setiap hari duduk di samping sungai di bawah jembatan. Setiap hari ia memperhatikan air yang mengalir di sungai itu. Sesekali deras, sesekali melambat. Dan suatu ketika ada sepotong batang kayu yang terbawa arus.

Tetiba saat itu muncul insight mahal di dalam pikiran bocah itu. Sebuah ide yang sangat sederhana tapi fundamental. 

Bahwa segala sesuatu di hidup kita tak ubahnya bongkahan kayu itu. Sesulit apapun, ia pasti akan berlalu. Dan hidup itu sendiri seperti air di bawah jembatan yang mengalir. Ia akan bawa setiap masalah kita berlalu.

Ide ini sangat amat sederhana. Tapi mahal harganya. Dr. Peale kemudian memperelok akhir cerita ini dengan menulis, "Tidak perlu ada kegagalan yang bersifat final. Karena meski kita gagal, membuat kesalahan, bertindak bodoh, itu tidak menunjukkan kurangnya kecerdasan atau kemampuan. Hanya saja sesekali seseorang bisa tersandung bahkan jatuh terluka parah. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita tidak baik-baik saja."

Bagi saya pribadi, ini adalah oase. Selama ini, saya masih menganggap masalah dan kegagalan yang pernah saya alami adalah dosa besar yang tak terampuni. Seketika saya terhenyak. Bukankah ini tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dialami orang-orang hebat diluar sana?.

Seketika saya jadi malu sendiri dengan diri ini. Saya terpuruk hanya lantaran kegagalan kecil semata?

Tidak! Ini hanya Air di Bawah Jembatan. Semua akan berlalu. Seberat apapun keadaannya. Pada gilirannya semua akan kembali seperti normal. Dan saya bisa menjalani hidup dengan penuh gairah dan prestasi gemilang.

Sebagaimana kata Dr. Peale, yang tulisannya dicetak di sampul buku itu paling besar, "Kamu bisa kalau kamu pikir bisa."

Itulah pelajaran beraharga pertama dari perjalanan panjang #30MindsetDays. Semoga perlajanan di hari-hari berikutnya pun dipenuhi dengan beragam kejutan-kejutan menyenangkan seperti ini. Aamiinn..